Rabu, 17 September 2014

Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Mas










Menurut Effendi (1997), pertumbuhan merupakan proses biologis yang komplek dimana banyak faktor yang mempengaruhinya. Pertumbuhan dalam individu adalah pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino (protein) berasal dari makanan. Pertambahan tersebut, akan menyebabkan pertambahan panjang dan berat pada organisme. Sedangkan sintasan adalah kisaran atau tingkat kelangsungan hidup yang dinyatakan dalam bentuk persen (%). 


Menurut Widiastuti (2009), sintasan pada ikan mas dipengaruhi oleh persaingan ruang gerak, oksigen, dan pakan. Oleh karena itu, kepadatan ikan mas harus dipertimbangkan dalam budidaya. Kepadatan yang baik untuk larva yang baru habis kuning telurnya adalah 400 ekor/m2 (Mantau, 2004). Menurut data Liptan IP2TP Mataram (2000), kepadatan benih ukuran 1-3 adalah 50-100 ekor/m2, benih ukuran 3-5 adalah 10-25 ekor/m2, sedangkan kepadatan benih ukuran 5-8 adalah 5-10 ekor/m2.

Menurut Susanto (2006) dalam Widiastuti (2009), selain sintasan, pertumbuhan juga dapat dipengaruhi oleh kepadatan ikan. Semakin tinggi kepadatan, maka pertumbuhan semakin rendah, namun produksi tinggi. Sedangkan, semakin rendah kepadatan, maka pertumbuhan semakin tinggi, namun produksi rendah. Hal tersebut disebabkan karena kondisi wadah yang semakin padat menyebabkan ikan stres dan nafsu makan berkurang, sehingga laju pertumbuhan lambat. Pertumbuhan dan sintasan ikan ini juga dipengaruhi oleh pemberian pakan. Setelah kuning telur habis, larva dapat diberi makan tambahan berupa suspensi kuning telur dengan frekuensi 5 kali/hari dan dosis 1 butir kuning telur untuk 50.000 ekor larva. Pemberian pakan kuning telur selama 5-7 hari. Fase benih, dapat diberikan pakan buatan berupa pellet dan pakan tambahan berupa daun-daunan.

Selain itu, Fujaya (2004) dalam Widiastuti (2009), menambahkan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh genetik, hormon, dan lingkungan. Genetik dan hormon sangat dipengaruhi oleh kualitas indukan. Oleh karena itu, induk harus dipilih sebelum dipijahkan.

Daftar Pustaka:

Effendi, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta.

IP2TP Mataram. 2000. Ikan Mas Rajadanu. Lembar Informasi Pertanian (Liptan), Mataram. 4 hal.

Mantau, Zulkifli., J. B. M. Rawung, dan Sudarty. 2004. Pembenihan Ikan Mas yang Efektif dan Efisien. Jurnal Litbang Pertanian23(2): 68-73.

Widiastuti, I. M. 2009. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup (Survival Rate) Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang Dipelihara dalam Wadah Terkontrol dengan Padat Penebaran yang Berbeda. Jurnal Media Litbang Sulteng. 2(2): 126-130.

Kamis, 11 September 2014

Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Mas

Ikan mas merupakan jenis ikan pemakan segala, atau lebih dikenal dengan sebutan omnivora. Fase larva, sekitar umur 5 hari, ikan ini dapat memakan organisme renik berupa plankton hewani, mau pun nabati (Djarijah, 2005). Fase benih dimulai dari ukuran 2 cm. Ikan ini dapat memakan jasad hewan atau tumbuhan yang hidup di dasar perairan. Jasad yang biasanya dimakan adalah Chironomidae, Olighochaeta, Tubificidae, Epimidae, Trichopthera, dan Mollusca. Makanan tersebut disedot bersama lumpurnya, diambil yang dapat dimanfaatkannya, lalu sampah dikeluarkan lagi melalui mulut.

Daftar Pustaka

Djarijah, A. S. 2005. Pakan Ikan Alami. Kanisius, Yogyakarta.

Rabu, 10 September 2014

Habitat, Distribusi, dan Siklus Hidup Ikan Mas

Habitat dan Distribusi

Ikan mas hidup pada perairan tertutup, seperti kolam-kolam air tawar dan perairan terbuka, seperti danau, sungai, rawa dan waduk. Namun, ikan ini juga pernah ditemukan di muara sungai berair payau (Susanto, 1999). Ikan ini hidup pada tempat yang tidak terlalu dalam dan aliran air cenderung tidak terlalu deras. Ketinggian tempat optimal untuk ikan mas adalah 150-600 m dpl pada suhu 25-30 OC (Huet, 1971; dan Suseno, 2000).

Siklus Hidup
Ikan mas di perairan tropis dapat matang gonad pada umur 1-2 tahun dengan kisaran berat 1,5-2 kg/ekor untuk betina. Sedangkan jantan dapat matang gonad pada umur 8 bulan dengan kisaran berat 0,5-0,7 kg/ekor. Perkembangan gamet sangat dipengaruhi oleh temperatur lingkungan. Perkembangan telur dan sperma induk ikan mas perairan tropis lebih cepat dibandingkan dengan perairan subtropis. Siklus reproduksi ikan mas dimulai dari dalam gonad jantan dan betina. Ovarium untuk gonad betina dan testis untuk gonad jantan.

Ikan mas akan memijah kapan pun, tidak tergantung pada musim. Secara alami, pemijahannya terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Biasanya ikan mas akan mencari tempat memijah yang sesuai, seperti mencari tempat imbun dengan tanaman air atau rumput-rumput yang menutupi permukaan air. substrat-substrat tersebut dapat merangsang pemijahan, juga dapat digunakan untuk sarang telur yang dikeluarkan oleh ovarium. Telur akan melekat pada substrat. Telur ikan mas berdiameter 1,5-1,8 mm dengan bobot berkisar 0,17-0,20 mg ( Khairuman dan Gunadi, 2008). Telur tersebut kemudian dibuahi oleh sperma yang dihasilkan testis. Telur yang telah dibuahi kemudian akan menetas dan menghasilkan larva. Larva akan berubah menjadi benih, dan benih menjadi ukuran dewasa (Suseno, 2002).

Selasa, 09 September 2014

Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas

Selamat sore, semuanya....
Sudah lama saya tidak menyambung tulisan di blog ini....
Tulisan ini dimuat berdasarkan pengetahuan saya selama kuliah yang didasari dari beberapa sumber.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat...
         Ikan Mas adalah salah satu jenis ikan konsumsi famili Cyprinidae. Klasifikasi lengkapnya menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:
 Ikan Mas

Kingdom : Animalia
Filum       : Chordata
Kelas        : Pisces
Ordo         : Ostariophysi
Famili       : Cyprinidae
Genus       : Cyprinus
Spesies      : Cyprinus carpio               
     

Ikan mas memiliki bentuk tubuh memanjang dan sedikit pipih ke samping atau lebih dikenal dengan bentuk compressed. Tubuh ikan ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu, kepala, badan, dan ekor. Bagian kepala terdiri dari sepasang mata, sepasang cekung hidung yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang, sepasang operkulum, dan alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar.

         Mulut ikan ini terletak di ujung tengah (terminal), dapat disembul-sembulkan (proaktif). Di kedua ujung mulutnya terdapat pasangan sungut, namun terkadang satu pasang sungutnya tidak sempurna. Bagian badan sebagian besar tertutup oleh sisik. Sisik ikan ini berupa sisik Cycloid dengan ukuran yang relatif besar. Bagian badan terdiri dari abdomen, dada, dan dorsal. Bagian abdomen terdiri dari bagian bersisik lembut dan sirip perut. Bagian dada terdiri dari bagian bersisik lembut dan sirip dada. Bagian dorsal terdiri dari bagian bersisik keras dan sirip punggung dengan jari-jari sirip keras dan lunak. Bagian ekor terdiri dari bagian bersisik keras dan sirip ekor. Sirip ekor menyerupai cagak memanjang simetris. Selain itu, pada ikan terdapat gurat sisi, yaitu sensor berupa garis yang memanjang dari badan bagian depan di belakang pangkal kepala sampai bagian ekor (Santoso, 1993; Suseno, 2000; Rochdianto, 2005; dan Khaeruman, et al., 2008).